
Sebelum ini, pemburu ponsel Android bergaransi resmi dengan kemampuan dual on mau tak mau harus bersentuhan dengan ponsel merek lokal buatan Tiongkok. Misalnya, Ivio dan Nexian. Belum ada ponsel Android merek global yang beredar resmi di sini.
Sekarang penantian itu telah berakhir. Alcatel yang baru kembali menginjakkan kaki ke Indonesia menawarkan Alcatel one touch 890D. Ponsel itu dilengkapi dua slot kartu SIM yang bebas dipadukan dengan operator GSM apa pun.
Kali pertama membuka kardus 890D dan mencermati satu per satu isi paket penjualan, ada satu hal yang menarik perhatian penulis. Di buku panduan ponsel tersebut dicantumkan besaran Specific Absorption Rate (SAR) atau, mudahnya, tingkat radiasi 890D. Besaran SAR yang tertulis masih di bawah ambang batas maksimal yang diizinkan.
Bodi 890D tampak cukup manis. Sentuhan akhir produknya relatif halus, bukan asal jadi. Di sisi atas ponsel tersedia sebuah konektor 3,5 mm untuk menancapkan handsfree berkabel yang disertakan dalam paket penjualan. Di kiri bodi, terdapat sebuah konektor micro USB yang berfungsi sebagai penghubung charger maupun kabel data. Sementara itu, tombol volume tersedia di bagian kanan ponsel.
Layar sentuh 890D berjenis resistif, berukuran 2,8 inci, dan beresolusi 320 x 240 piksel. Ia tidak mendukung multitouch. Jadi, saat sedang melihat foto, misalnya, jangan coba-coba mencubit layar untuk memperbesar atau memperkecil tampilan.
Dua kartu SIM yang diselipkan ke 890D bisa siaga bersamaan. Bahasa kerennya, dual on GSM-GSM. Namun, ponsel itu belum mendukung layanan akses data berbasis 3G. Pengguna hanya bisa menikmati koneksi data via GPRS/EDGE dan Wi-Fi.
Fitur Wi-Fi tethering yang lazim ditemukan di ponsel bersistem operasi Android 2.2 alias Froyo juga tak tersedia di 890D. Dugaan penulis, fitur itu sengaja dihapus dengan alasan melakukan Wi-Fi tethering lewat GPRS/EDGE tentu tidak nyaman.
Sebuah kamera tersedia di bagian belakang ponsel. Kamera itu tanpa autofocus maupun lampu kilat. Ia mampu menghasilkan foto beresolusi maksimal 1600 x 1200 piksel atau setara dengan dua megapiksel. Ia dapat pula difungsikan sebagai perekam video. Menurut penulis, kinerja kamera itu tidak memuaskan.
Radio FM, bluetooth, GPS, ROM 512 MB, RAM 256 MB, dan slot microSD merupakan sebagian spesifikasi lain 890D. Satu keping microSD 2 GB telah disertakan dalam paket penjualan.
Untuk membuka file dokumen Microsoft Word, Excel, dan PowerPoint, pengguna bisa memanfaatkan aplikasi Office Suite yang telah dibenamkan. Aplikasi itu hanya mampu membaca, tanpa sanggup menyunting atau membuat file baru. Rutin ber-mobile banking? Tak masalah. Kebiasaan itu tetap bisa dilanjutkan. Sebab, 890D mendukung SIM Toolkit (STK) untuk dua kartu SIM yang terpasang.
Ponsel yang dibanderol Rp 999 ribu itu memanfaatkan prosesor berkecepatan 420 MHz. Ups… kok rendah sekali! Ya, kalau dibandingkan dengan aneka ponsel Android yang beredar di pasar, spesifikasi prosesor tersebut relatif lambat. Ponsel Android non-dual on kebanyakan telah memakai prosesor 600 MHz atau lebih tinggi. Kabar gembiranya, performa nyata 890D ternyata tidak sangat lambat. Kecepatan responsnya masih dalam batas toleransi. Bisa ditebus dengan sisi menarik lain dan harga jualnya deh.
Sisi minus lain 890D, tingkat pencahayaan layar ponsel itu tidak dapat diatur otomatis. Pengaturan keypad virtualnya juga tidak sempurna. Pengguna seharusnya dapat memilih bentuk tampilan keypad virtual saat ponsel digunakan dalam posisi portrait dan lansekap. Misalnya, ketika ponsel dalam posisi portrait alias berdiri, layar sentuh bakal menyajikan 12-key PhonePad layaknya ponsel candybar. Praktiknya, meskipun telah memilih 12-key PhonePad, saat mengakses menu tertentu, ponsel sesekali justru menampilkan full qwerty keypad.
Di pasar, salah satu pesaing terdekat 890D adalah Ivio DE38 yang saat ini dijual di kisaran harga Rp 1,1 juta. DE38 yang beredar sejak April lalu itu juga bersistem operasi Android 2.2 dan dual on GSM-GSM. Sama dengan 890D, ia belum mendukung layanan 3G dan tidak dapat dipakai untuk menikmati Wi-Fi tethering.
Bedanya, DE38 dibekali layar sentuh kapasitif 3,5 inci dan kamera 3,2 megapiksel. Ia memakai prosesor ARM9 460 MHz. Di buku panduan DE38 tidak dicantumkan besaran SAR. Kalau Alcatel bermerek global, Ivio merupakan merek lokal yang kian agresif menjaring pesanan dari negara lain. Anda pilih mana?

Sumber : ponselmu.com
Newbie ♦ 2 reps
Reg: 4 years ago
designnya unik juga smartphone ini untuk ukuran android...
Newbie ♦ 8 reps
Reg: 4 years ago
harganya kok mahal banget ya, padahal kalau dilihat dari spesifikasnya udah ketinggalan jaman
Newbie ♦ 10 reps
Reg: 4 years ago
sangat aneh di lihatnya model desainya ,dan spesifikasinya ketinggalan banget ,sayang banget menciptkan suatu yang baru masih setengah-setengah